Minggu, 04 Desember 2011

PERPISAHAN YANG MANIS

oleh Rakasiwi Ghino pada 17 November 2011 jam 15:14
Aku dan Kamu, bagai karang-pantai laut lepas
dari jauh, aku mencintaimu dengan seluruh kekuranganku:
menatap gelombang ombak rambutmu
diam menikmati kilau cahaya dirimu
pada senja yang menenggelamkan matahari di matamu

Aku dan Kamu, bagai karang-pantai laut lepas
ribuan mil dari hatimu, setiap detik aku berusah melacak cintamu
pada setiap buih ombak yang menghantam diriku

Bila kukatakan padamu telah kutitipkan semua salamku
pada nadi_nadi sungai yang merambat
bermuara menuju kedamain hatimu
pernahkah ia benar_benar sampai kepadamu?

Hingga saatnya kita bertemu,
’’Hai, aku Raka” kataku
”Hai, aku Maya” katamu
Senyum kita bertemu

”Maya Dewi Purnama?” Aku tersenyum
berharap kamu senang mendengarnya
tapi kamu diam saja, akupun jadi diam
barang kali kamu bertanya_tanya
bagaimana aku mengetahui nama lengkapmu
padahal kita baru kali pertama bertemu

Sunyi bergetar di leher kita berdua
Ah… bagaimana lagi, aku memang sudah tahu
banyak hal tentang dirimu
setiap hari aku mengganggumu
sejak bertahun_tahun yang lalu

Sejak pertemuan itu,
Aku merasa hari_hari kita begitu akrab:
meski sebatas ombak yang setiap hari datang
memberi sentuhan
lalu pergi tanpa salam perpisahan

Ah, mungkinkah sungai telah menyampaikan semua salamku padamu?
menyusun kata CINTA yang terbata_bata menjadi sajak cinta
dan kamu menerimanya?

”Aku suka kamu. Maukah kamu jadi kekasihku?”
Kataku malam itu
tapi kamu diam saja
sayangnya bukan isyarat persetujuan
lalu kita terdiam tanpa senyuman

Aku menatapmu, kamu menatapku
ada getar yang menumpahkan
ribuan kata yang tak terucap jadi sepi yang bergaung
ombak memeluk mata kaki kita berdua
malampun tingal bayang_bayang

Sejak saat itu kita tak lagi bertemu,
Kamu kembali ke tempatmu
Aku tetap jadi karang pantai
yang cacat dihatam ombok

Desau angin terdengar bagai lagu sedih
burung_burung hitam mengoak
bagai caci maki sepanjang hari
Pantai yang tak punya perasaan!

Aku akan pergi, akhirnya aku memutuskan:
lalu bersalin rupa manjadi manusia biasa
mengemasi barang_barang dalam koper
mengenakan kaus kaki dan sepatu

Di setiap langkah yang kutempuh
akan aku lepaskan satu per satu kenangan
tentang dirimu….meski tidak seluruhnya

Dari ribuan sejarah manusia yang sedih
barangkali aku salah satunya
tapi haruskah aku menghabiskan hidup
hanya untuk menjadi karang-pantai yang bersedih?

Ombakmu melambai_lambai
seolah memanggilku untuk kembali
”Tetaplah menjadi karang-pantai”
lamat_lamat aku mendengar suara itu
Kupikir itu hanya perasaanku saja
Tidak! kataku dalam hati. Aku telah memutuskan

Aku akan menjadi yang lain: bayang_bayang,
Angin, pohon, gunung, atau langit
barang kali aku gagal menjadi kekasihmu
tetapi CINTA tetap ada: untuk apa dan untuk siapa
biarlah Ia menentukan nasibnya sendiri…

Aku dan Kamu,
bagai karang-pantai mencitai laut lepas?
Rupanya tidak lagi…!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar